• FYI

    Menyambangi Puncak Gunung Butak, Menghayati Eksotisme Panorama 'Kepala Putri Tidur'


    Gunung Butak merupakan salah satu bagian dari gugusan Pegunungan Putri Tidur yang terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Penamaan Pegunungan Putri Tidur bukan hanya karena sejarah atau cerita rakyat, tetapi juga disebabkan bentuk pegunungannya yang sekilas terlihat seperti seorang putri yang tertidur. Pegunungan Putri Tidur merupakan gugusan gunung yang terdiri atas Gunung Butak, Gunung Kawi, dan Gunung Panderman. Gunung Panderman (2.045 mdpl) tampak seolah-olah bagian kaki, Gunung Kawi (2.551 mdpl) seperti bagian dada dan perut, sementara Gunung Butak (2.868 mdpl) menyerupai bagian kepala dari putri yang sedang tidur tersebut.

    Meski tidak sepopuler perjalanan ke Gunung Semeru, Gunung Arjuna, dan Gunung Ijen, tetapi pendakian ke puncak Gunung Butak menyajikan keindahan yang sangat eksotik dengan sabana yang luas. Pendakian ke gunung ini dapat dilakukan melalui 4 jalur, yakni: jalur Sirah Kencong, jalur Wonosari, jalur Kepanjeng, dan jalur Panderman.

    Kami mendaki Gunung Butak melalui jalur Panderman yang merupakan jalur paling favorit untuk kebanyakan pendaki. Kondisi jalan di jalur ini bervariasi pada saat menuju puncak, mulai dari datar, landai, dan terjal. Vegetasi jalur ini juga beragam, mulai dari ladang penduduk, hutan lumut, padang sabana dengan edelweiss, hutan pinus, dan vegetasi terbuka. Sebagai catatan tambahan, jalur pendakian Gunung Butak via Panderman telah dilengkapi petunjuk arah.

    Basecamp Gunung Butak via Panderman sama dengan Basecamp Gunung Panderman, yaitu terletak di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Perjalanan dari basecamp ini ke Pos 1 menggunakan jalur yang kondisnya landai dan berdebu, dengan vegetasi ladang penduduk di kanan-kirinya. Sekitar 1-1,5 jam waktu tempuh dari basecamp ke Pos 1, diakhiri dengan adanya sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai posokan air minum untuk perjalanan.

    Pendakian dari Pos 1 ke Pos 2 memerlukan waktu tempuh sekitar 1-2 jam dengan variasi trek antara jalur landai dan tanjakan. Tanjakan dari Pos 1 ke Pos 2 ini populer dinamai Tanjakan PHP (Pemberi Harapan Palsu) kerena cukup panjang dan seperti tidak ada habisnya. Tanjakan PHP didominasi oleh pepohonan yang diselimuti lumut dan akar pohon yang menghiasi jalur pendakian. Area datar yang dapat menampung sekitar 10 tenda dapat ditemui di Pos 2 dan dapat dimanfaatkan untuk tempat beristirahat. Namun demikian, area di Pos 2 ini tidak disarankan untuk menjadi lokasi mendirikan tenda, kerena kontur tanahnya tidak rata dan merupakan jalur lewat para pendaki.

    Kondisi jalur pendakian dari Pos 2 ke Pos 3 didominasi kemiringan jalan yang landai tapi panjang, dengan waktu tempuh sekitar 2-2,5 jam. Jalan ini juga menyerupai lorong, karena banyaknya ranting pohon dari kanan dan kiri jalan yang saling bertemu dan melingkar di atas kepala. Kondisi ini membuat jalur pendakian teras teduh. Sesampainya di Pos 3, terdapat area yang cukup luas dan datar, cocok untuk digunakan sebagai tempat istirahat dan mendirikan tenda.

    Pos 3 pendakian Gunung Butak jalur Panderman

    Pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 merupakan rute yang panjang, berdebu, menanjak, dan berliku, serta seolah-olah melingkari lereng Gunung Butak. Area yang disebut Cemoro Kandang akan dilewati pada jalur ini, dinamakan demikian karena vegetasinya yang didominasi pohon pinus. Para pendaki saat berada di jalur ini juga akan melipir tepian jurang di sebelah kiri-kanan, dengan panorama Gunung Arjuna sesekali tampak di kejauhan. Setelah sampai di ujung bukit, jalan mulai landai, kemudian menemukan jalur yang bercabang ke kanan dan ke kiri. Jalur kiri diambil untuk sampai di Pos 4 yang akan ditandai dengan terlihatnya pemandangan sabana yang luas. Waktu tempuh untuk sampai di pos 4 adalah sekitar 2,5-3 jam.

    Penampakan Gunung Arjuna dari jalur Pos 3 ke Pos 4 pendakian Gunung Butak

    Padang sabana Gunung Butak menjadi daya tarik istimewa bagi para pendaki. Boleh jadi nama 'Butak' untuk gunung ini disebabkan oleh adanya perubahan warna hijau menjadi kecoklatan pada saat musim kemarau. Saat itu, pepohonan di lereng, sabana, dan puncak gunung Butak, berubah menjadi coklat dan kering. Sabana gunung Butak menjadi tempat favorit pendaki untuk mendirikan tenda dan bermalam karena menyajikan pemandangan yang eksotis, terutama di malam hari atau saat terbit fajar. Sabana ini juga dipenuhi dengan hamparan bunga edelweiss dengan kontur tanah yang termasuk datar. Sabana Gunung Butak (Pos 4) juga menyediakan sumber air berupa pancuran dan kolam yang dapat dimanfaatkan untuk minum atau memasak.

    Sabana Gunung Butak

    Puncak Gunung Butak sudah dapat dilihat dari area sabana atau Pos 4 ini. Selanjutnya, pendakian dari sabana ke puncak Gunung Butak akan dimulai dengan menanjak melalui vegetasi hutan pinus dan teduh. Namun, setelah melewati hutan pinus tersebut jalur pendakian berganti dengan kondisi terjal, berbatu, dan berdebu. Waktu tempuh dari Pos 4 ke puncak adalah sekitar 1-1,5 jam.

    Sumber air di sabana Gunung Butak

    Pemandangan yang terlihat di puncak Gunung Butak sangat eksotis, menampakkan sabana luas dengan latar belakang Gunung Arjuno dan Gunung Welirang di kejauhan. Pemandangan ke seluruh arah juga akan tampak dari puncak ini.

    Pemandangan dari puncak Gunung Butak

    Area puncak Gunung Butak berupa tanah tanah datar dan gundukan tanah campur batu yang ditumbuhi tumbuhan cantigi. Area puncak Gunung Butak juga sebenarnya dapat digunakan untuk lokasi mendirikan tenda, tetapi atas dasar pertimbangan keamanan dari ancaman badai disarankan untuk melakukan hal tersebut.

    Puncak Gunung Butak

    Tertarik untuk menikmati sajian keindahan bagian kepala gugusan gunung Putri Tidur? Sekitar bulan Juli-Agustus merupakan waktu yang paling tepat untuk mendaki dan mengunjunginya, karena pada rentang waktu ini bunga edelweiss sedang bermekaran. Pemandangan pagi hari adalah sajian tereksotis dari puncak Gunung Butak, dengan tampilan matahari terbit dan samudera awan yang mempesona. Kapan menyambangi puncak tertinggi ke-8 di Jawa Timur ini? Selamat menikmati!

    Penulis: Prof. Dr. Ir. H. Tatang Sopandi, M.P. (UKL-I-RC-033)
    Editor: M. Ulis

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita