• FYI

    Puncak Pawitra Gunung Penanggungan: Tidak Terlalu Tinggi, tetapi Keindahannya Begitu Menawan Hati!


    Gunung Penanggungan dengan ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut, jika cuaca cerah akan terlihat dari Jalan Tol Pandaan-Malang. Gunung yang terletak di antara Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, tersebut cocok untuk pendaki pemula maupun yang sudah berpengalaman. Gunung ini memang tergolong tak terlalu tinggi, sehingga waktu tempuhnya pun relatif tidak lama, yakni hanya 3-4 jam saja. Namun demikian, gunung ini menyajikan jalur pendakian yang menanjak terus sampai ke puncak, sehingga membutuhkan stamina dan daya tahan yang prima.

    Gunung Penanggungan memiliki beberapa jalur pendakian resmi, di antaranya yakni Jalur Jolotundo, Tamiajeng, dan Kedungudi. Jalur Tamiajeng dengan basecamp di Jl. Tamiajeng, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan jalur favorit dan paling banyak dipilih oleh pendaki. Jalur ini aman dan dapat didaki pada pagi, siang, atau malam hari, kecuali pada di musim hujan, karena kontur tanahnya cukup terjal dan licin.


    Pendakian kami ke Gunung Penanggungan dilakukan melalui Jalur Tamiajeng ini pada malam hari. Setelah registrasi, pendakian dimulai dari jalan paving dengan kontur menurun, kemudian jalan berbatu yang landai tetapi cukup panjang. Setelah sekitar 20-25 menit, jalan berbatu berganti menjadi tanah padat dengan kontur menanjak.

    Kondisi jalur sepanjang perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 berupa ladang milik penduduk sekitar yang ditanami kentang dan kubis. Menjelang akhir Pos 1 menuju Pos 2, jalur masih landai dan rindang oleh deretan pohon pinus. Setelah berjalan dari Pos 1 selama 30-40 menit, Pos 2 ditemukan dengan beberapa warung yang menjajakan minuman, pisang goreng, dan semangka. Pendaki dapat membeli minuman untuk bekal karena sepanjang jalur pendakian tidak ada sumber air.

    Kondisi jalur dari Pos 2 menuju pos-pos berikutnya menanjak terus dengan kemiringan bervariasi. Setelah istirahat, perjalanan kami lanjutkan menuju Pos 3 dengan kondisi jalan semakin menanjak. Sampai di Pos 3, ditemukan shelter sederhana yang dapat dijadikan tempat istirahat.

    Perjalanan dari Pos 3 ke pos berikutnya semakin menantang dengan tanjakan yang merepotkan, tanpa bonus sama sekali, alias tanjakan yang seperti tanpa ujung. Kondisi jalur berubah-ubah, dari mulai tanah liat, berubah menjadi jalur berbatu, dan berubah lagi menjadi tanah lembab. Pada jalur ini juga ditemukan beberapa kali anak tangga dari batu-batu dan kayu.


    Perjalanan dari Pos 3 menuju Pos 4 dapat ditempuh selama kurang lebih 30-40 menit. Shelter sederhana ditemukan di Pos 4 ini dengan area yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Area Pos 4 lebih diutamakan untuk tempat istirahat, atau tempat untuk mendirikan tenda dalam kondisi darurat karena areanya tidak luas.

    Perjalanan kami berikutnya, menikmati tanjakan yang semakin curam dan panjang, yaitu dari pos 4 menuju puncak bayangan. Kondisi jalur dari Pos 4 ke Puncak Bayangan selain curam, juga berdebu campur pasir, sehingga licin karena kami mendaki pada musim kemarau. Jalur dengan kondisi terjal, debu campur pasir, dan vegetasi tertutup ini terasa berat dan merepotkan. Patut diperhatikan, jika tidak hati-hati pada jalur ini rawan menyebabkan cedera kaki.

    Setelah lewat vegetasi tertutup, kami sampai di area terbuka dan Pos Puncak Bayangan. Pos ini berupa area datar dan terbuka yang cocok sebagai tempat mendirikan tenda. Para pendaki dapat bermalam di sini untuk mengumpulkan lagi tenaga, sambil menikmati pemandangan langit dan kabut.


    Perjalanan kami dari Puncak Bayangan menuju Puncak Pawitra terasa paling berat. Jalur terjal yang curam, berupa tanah kering dikombinasi dengan bebatuan yang mudah lepas, menyebabkan pendakian harus dilakukan dengan perlahan dan sangat hati-hati, agar tidak ada batu yang jatuh dan menimpa pendaki di bawah. Pandangan kami juga harus fokus menatap jalur yang akan dilewati, dan waspada jika ada batu jatuh yang menggelinding dari arah atas.

    Puncak Pawitra dapat dikatakan tidak ideal untuk berkemah dan berlama-lama, karena di pagi hari pun, sekitar pukul 8.00 WIB, sudah terasa panas karena sengatan sinar matahari. Namun demikian, pemandangan sepanjang perjalanan dari Puncak Bayangan menuju Puncak Pawitra sangat indah dengan lapisan kabut sepanjang mata memandang.

    Jika cuaca sedang cerah, dari atas Puncak Pawitra ini kita dapat melihat keindahan panorama alam yang menakjubkan, dengan Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Kembar, Puncak Semeru, dan bahkan Puncak Anjasmoro, tampak di kejauhan. Sementara itu, nun di bawah sana terhampar pemandangan persawahan dan pemukiman penduduk.

    Penulis: Prof. Dr. Ir. H. Tatang Sopandi, M.P.
    Editor: M. Ulis

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita