• FYI

    Ridwan Kamil, Ajak Masyarakat Kota Berkebun

    Jakarta - Ingin berkebun di tengah kota Jakarta? Bisa saja. Ridwan Kamil mengajak masyarakat kota untuk berkebun bersama di tengah derap sibuk kota metropolitan. Yang ditanam bisa apa saja, seperti tomat, kangkung, sawi atau cabai.

    Pria yang akrab disapa Emil inilah yang pertama kali menggagas kegiatan berkebun tengah kota. Alasannya, masih ada lahan di kota besar yang menganggur dan tidak terurus.

    "Masih ada lahan di Jakarta yang menganggur, tidak terurus karena di situ belum didirikan bangunan," kata Enil dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (22/3/2011).

    Selain memanfaatkan lahan, berkebun bisa menjadi pilihan aktivitas untuk menghilangkan stress. Tidak hanya itu, di tengah ancaman krisis pangan dunia, masyarakat kota bisa ikut berperan serta untuk memproduksi pangan.

    "Lahan yang menganggur bisa dimanfaatkan untuk rekreasi dan rileks dengan aktivitas berkebun. Ini juga sekaligus bisa memproduksi pangan," tutur staf pengajar di Jurusan Arsitektur ITB ini.

    Ada 3E yang dimunculkan dari kegiatan berkebun ini, yakni ekologi, ekonomi dan edukasi. Ekologi karena berkontribusi pada hijaunya kota. Ekonomi lantaran ada nilai ekonomi dari hasil kebun. Edukasi lantaran bisa mengajarkan kepada anak-anak, bagaimana mencintai alam.

    Emil menelorkan gagasan ini untuk pertama kali pada November 2010 silam. Gagasan ini dicetuskannya lewat media sosial, twitter. Ternyata idenya disambut oleh banyak orang. Mereka lantas kopi darat untuk merealisasikan ide itu.

    "Lahan yang kita garap pertama kali adalah di Springhill Golf Residence, Kemayoran, Jakarta Pusat," ucap pria berkacamata ini.

    Lahan itu merupakan lahan pinjaman dari klien Emil. Luas lahan yang dipinjamkan adalah satu hektar. Aktivitas berkebun di tanah ini dimulai pada 20 Februari lalu dengan menanam kangkung.

    "Jenis tanamannya disesuaikan dengan kondisi tanahnya. Di komunitas ini ada ahli yang meneliti unsur tanah," sambung Emil.

    Menurutnya, masyarakat yang ingin berkebun ada dua, yakni warga yang dekat lahan yang dijadikan kebun atau kelompok sosial yang memang ingin bergabung. Yang jelas siapa saja bisa bergabung dalam komunitas ini, dari semua kalangan dan semua generasi.

    "Selanjutnya, kita akan memanfaatkan lahan di Cengkareng, Bintaro dan Kuningan," tambah Emil.

    Ayah dua anak ini berharap, menghijaukan kota dengan cara berkebun bisa menjadi budaya baru masyarakat. Kegiatan ini memang bukan pertama kali, sebab di negara-negara lain, berkebun bersama sudah banyak dilakukan. Dengan berkebun bersama, maka warga kota memiliki pilihan rekreasi yang murah dan menyenangkan.

    Emil menerapkan teori semut untuk menghidupkan kegiatan ini. Sesuai teori ini, masing-masing orang bisa berpartisipasi dengan caranya sendiri. Misalnya,yang punya lahan bisa meminjamkan lahan. Bagi yang punya waktu untuk menyiram, maka bisa menyumbang waktu menyiram. Bagi yang memiliki bibit tanaman, maka bisa menyumbangkan bibit tanamannya. Semua orang bekerjasama, memberikan kontribusi yang dimiliki, meski hanya sedikit. Ya, karena menurut Emil 'life is to give'.

    Dituturkan Emil, di setiap kebun ditunjuk wali kebun. Wali inilah yang bertanggung jawab pada perkebunan. Sang wali kebun yang mengatur kapan tanaman disiram, siapa yang bertanggung jawab melakukannya, dan sebagainya. Jika tanaman telah siap dipanen, akan digelar perayaan budaya.

    "Kita akan gelar festival memasak dari hasil kebun itu dengan mengundang chef selebritis. Di sini saya gunakan teori fun, jika merasa seru dan menyenangkan, maka orang akan senang terlibat," jelas pria kelahiran Bandung 4 Oktober 1971 ini.

    Jakarta Berkebun merupakan bagian dari Indonesia Berkebun yang mengusung konsep urban farming. Menurutnya, bulan depan, Bandung akan mengikuti kegiatan warga Jakarta yang sudah lebih dulu berkebun. Selanjutnya Semarang, dan kota-kota lain di Indonesia.

    Nama Ridwan kamil tidak hanya dikenal sebagai pengamat tata kota maupun dosen. Dia juga sangat dikenal dalam industri rancang bangun. Beberapa proyek yang pernah ditanganinya adalah Marina Bay Waterfront Master Plan di Singapura, Beijing Islamic Centre Mosque di Beijing, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, dan masih banyak rancangan lainnya di berbagai negara maupun di dalam negeri.

    Lulusan arsitektur ITB pada 1997 ini sempat mengenyam pendidikan di University of California, Berkeley. Sebelum melanjutkan kuliah yang diperolehnya melalui beasiswa, Emil memang sempat bekerja di AS, namun hanya beberapa bulan lantaran dipecat akibat krisis moneter. Demi bisa bertahan hidup, Emil harus mengirit dan bekerja paruh waktu.

    Setelah menggondol Master of Urban Design, Emil kembali ke Tanah Air. Lalu pada 2004, dia mendirikan jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain bernama Urbane (Urban Evolution). Sejak itu, dia banyak mengikuti perlombaan rancang bangun dan beberapakali keluar sebagai pemenang. Misalnya saja, juara dalam merancang Museum Tsunami di Aceh pada 2007. Setahun sebelumnya, Emil mendapat Young Creative Entrepreneur Award dari British Council.

    Emil memang sejak kecil selalu aktif. Dia pernah berjualan es mambo, kemudian bergabung dengan OSIS, pernah menjadi anggota Paskibra, juga bergabung dengan klub sepakbola.

    Pria yang saat kecil hobi membaca komik ini memang memiliki imajinasi yang tinggi. Dia kemudian membayangkan kota yang dapat membuat nyaman masyarakat. Imajinasinya kemudian dituangkan dalam sejumlah proyek rancang bangunnya. Dan mimpinya untuk menghijaukan kota tidak juga pudar.

    Emil mengundang Anda, para warga kota, untuk bergabung bersama menghijaukan kota. Jika Anda berminat untuk panen kangkung bersama Jakarta Berkebun pada dua pekan mendatang dan berkebun bersama, bisa mengakses http://indonesiaberkebun.org atau mem-follow @JktBerkebun di twitter.com

    Yuk kita berkebun!

    source: detiknews.com


    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita