Nuansa mistis kerap menyertai kisah-kisah petualangan di alam bebas. Tak dapat dipungkiri, kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau supranatural memang hidup subur di negeri ini. Demikian juga di Kalimantan, tempat suku Dayak berada, dan lokasi tujuan Tim Ekspedisi Pemanjatan Gunung Daya UKL pada tahun 1988.
Lucky Indrabudhy, salah seorang tokoh sentral yang terlibat dalam ekspedisi tersebut, menuturkan bahwa baru pada sekitar tahun 2016 ia berjumpa lagi dengan teman satu timnya dulu, Tonie Ibeng, yang kemudian menceritakan sebuah kisah yang cukup mencengangkan.
“Ternyata Kang Toni Ibeng waktu di Daya sempat bertemu dan berbincang dengan salah satu dukun suku Dayak,” tutur sesepuh UKL yang akrab disapa Kang Q tersebut, “dan saya baru dengar dari beliau, dukun tersebut mengatakan bahwa salah satu anggota tim akan celaka sampai tidak tertolong.”
Tonie Ibeng, meski merasa kaget dengan ucapan Sang Dukun, tetap menutup rapat ramalan tersebut sangat lama. Selama pemanjatan tebing berlangsung, ia tak sekali pun membicarakanya. Berita ramalan yang menakutkan itu tak pernah tersebar.
“Alasannya,” kutip Kang Q, “pertama, dia percaya-tidak percaya atas ucapan dukun itu. Lebih jauhnya, Kang Tonie sangat khawatir berita itu bisa mengganggu, bahkan meruntuhkan semangat, mental, serta kesolidan maupun kekompakan teman-teman anggota Tim lainnya.”
Dr. Ir. H. Tatang Sopandi, salah seorang anggota UKL lainnya yang ikut di dalam Tim Daya, langsung mengingat hal lain ketika mengetahui ‘sisi mistis’ ekspedisi ini. Senior yang akrab dipanggil Kang Opan ini langsung teringat pada ‘kostum’ Tonie Ibeng.
“Pantesan trainingnya dipake terus, gak pernah dicopot dan dicuci,” ungkapnya, ”rupanya sebagai penangkal….”
Kang Opan masih terkenang sosok teman setimnya yang selama dua puluh lima harian, mulai pagi, siang, malam, tak pernah mencopot apalagi mencuci celana trainingnya tersebut. Seandaimya tahu latar belakang tindakan nyentrik itu, Kang Opan akan mengajak semua anggota tim melakukan hal yang sama, tak peduli jorok, bau, gatal atau derita lainnya.
Meski demikian, semua anggota tim menyadari sepenuhnya bahwa musibah yang datang kemudian, yakni jatuhnya rekan setim bernama Yanto Martogi, pada hakikatnya ketentuan takdir dari Yang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment