Kemarin (hari Minggu 07/11/10) sore kami berkesempatan mewawancarai via telepon tim relawan mahasiswa Fakultas Peternakan UNPAD yang berada di kampus Fapet UGM. Tiga orang mahasiswa Fapet UNPAD (seorang diantaranya perempuan) menggabungkan diri dengan tim relawan mahasiswa UNPAD sejak lima hari lalu. Meski kondisi mulai agak drop karena keletihan, tetapi semangat mereka masih nampak menyala-nyala.
Rombongan relawan mahasiswa UNPAD untuk korban letusan Gunung Merapi berangkat dengan menggunakan bis kampus pada hari Kamis malam (4/11/10) pukul 20.00 malam dan sampai di kampus UGM Bulaksumur pada hari Jum'at sekitar pukul 11.00 siang. Rombongan terdiri dari 23 orang mahasiswa yang dikoordinir oleh BEM UNPAD, dan terdiri atas utusan berbagai fakultas (saat berita ini ditulis, tim relawan mahasiswa UNPAd sudah kembali, sementara 3 orang mahasiswa Fapet UNPAD masih bertahan).
Kegiatan
Tim relawan mahasiswa Fapet UNPAD yang merupakan anggota UKL FAPET UNPAD berada di sekretariat mahasiswa pecinta alam 'Caravan' Fapet UGM, bergabung dengan 20-an orang relawan dari mahasiswa Fapet UGM. Tim relawan bertugas menyiapkan konsumsi untuk para pengungsi sebagai bentuk kepedulian dan bantuan bagi mereka yang membutuhkan. Relawan juga ikut membantu keperluan para pengungsi.
Saat ini para pengungsi tersebar di berbagai tempat di sekitar Jogja, mulai dari kabupaten Sleman hingga Gunungkidul. Mereka menunggu hingga kondisi dinyatakan aman kembali. Beberapa kampus besar, termasuk UGM, menyediakan kampus sebagai tempat pengungsian. Keberadaan para pengungsi ini sangat membutuhkan uluran tangan, sebab mereka pergi dengan membawa perbekalan seadanya, bahkan sangat mungkin ada yang tidak membawa perbekalan sama sekali.
"Bencana letusan Gunung Merapi mengakibatkan lonjakan jumlah pengungsi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, yang sampai saat ini sudah tercatat 283.000 jiwa," kata Presiden SBY (Kompas.com).
Kegiatan Khusus: Search Animal Rescue
Sebagai mahasiswa peternakan, tim relawan memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap keberadaan ternak (khususnya sapi) yang populasinya cukup banyak di sekitar lereng Merapi. Hal ini amat mengharukan sekaligus membanggakan, bahkan mendominasi pembicaraan kami. Para relawan seakan lebih memperhatikan nasib ternak dibanding diri mereka sendiri. Mereka mengadakan kegiatan Search Animal Rescue untuk menyelamatkan dan mengevakuasi ternak ke tempat yang lebih aman.
"Kalau kita mempercayai janji Pak SBY, memang ternak itu akan diganti, tapi kapan? Kalau memang ada ternak yang bisa kita selamatkan dan dialihkan ke tempat lain, kenapa tidak?" ungkap Ine, mahasiswa relawan Fapet UNPAD.
Tim mengaku menemukan kesulitan dalam mengevakuasi ternak, karena pihak terkait cenderung menghalangi kepergian tim dengan alasan keamanan. Aparat memang bertugas memastikan keselamatan warga, sekaligus para relawan yang mendekati lereng merapi.
Sebenarnya tim relawan telah memperhatikan mapping untuk keperluan SAR, artinya hanya ternak dari daerah yang relatif aman yang dijangkau tim dan dialihkan ke tempat lain, tetapi aparat -bisa dimaklumi- tak ingin mengambil resiko.
Hari Minggu kemarin, saat kami mewawancara Ine dkk., tim dikabarkan akan memindahkan ternak dari wilayah Cangkringan ke Kulonprogo. Di tempat baru diharapkan keselamatan ternak lebih terjamin, meskipun ada masalah lain seperti kandang darurat dan pakan ternak 'instant' yang belum tersedia. Sapi yang dievakuasi adalah milik para peternak rakyat, dan pembiayaan serta kendaraan yang digunakan juga milik para peternak sendiri, sehingga para relawan hanya membantu tenaga dan akses koordinasi saja.
"Kalau dibiarkan, kan kasian Kang. Belum lagi kalo sapi yang nggak diperah, nanti mereka malah jadi sakit..." begitu tutur Ine lagi. Ia juga menulis di komen status facebooknya, "Selama masih bisa diusahakan, kenapa tidak untuk memperjuangkan itu. terlebih lagi hewan ... ternaknya masih hidup, belum hangus terpanggang debu vulkanik."
Tim saat ini sedang melakukan evakuasi terhadap 3025 ekor sapi perah dan 1600 ekor kambing PE. Selain mengevakuasi ternak, relawan mahasiswa peternakan juga menyiapkan pakan, kandang darurat dan obat-obatan ternak.
Mengapa evakuasi ternak dirasa penting? Selain merupakan harta berharga untuk para peternak kecil, keberadaan ternak juga merupakan pemicu 'hilangnya' banyak pengungsi setiap harinya, untuk menantang bahaya dengan kembali ke daerah rawan bencana. Mereka nekat menghampiri lereng Merapi untuk mencari rumput dan memberi makan ternak peliharaannya. Setelah selesai, mereka kembali ke tempat pengungsian kembali.
Kebutuhan Dukungan
Tim relawan mahasiswa Fapet UNPAD berangkat dengan tim Badan Eksekutif Mahasiswa UNPAD, tetapi saat ini tinggal relawan mahasiswa fakultas peternakan yang masih tinggal di UGM. Tim sudah menghubungi BEM Fapet UNPAD untuk menanyakan kemungkinan bantuan personil dan logistik, tetapi jawaban BEM menyiratkan seluruh bantuan BEM akan dialirkan melalui ISMAPETI. Artinya belum ada rencana alokasi dukungan untuk tim yang sudah di lapangan.
Tim berangkat dengan perijinan via rektorat, sebagai bagian dari tim BEM UNPAD, sehingga ada kemungkinan tembusan ke pihak Fakultas Peternakan 'terhambat kendala teknis'. Sejak keberangkatan hari Kamis hingga Minggu siang, tim belum kontak dengan dekanat, dan baru mendapat jawaban SMS pada Minggu sore dari Kang Jajang PD3 Fakultas Peternakan UNPAD. SMS hanya berisi pesan "hati-hati" dan belum menyiratkan dukungan dana dan logistik.
Tim relawan di posko Fapet UGM sangat membutuhkan tenda peleton dan masih mengusahakan pakan konsentrat untuk ternak. Sementara itu personel tim relawan dari Fapet UNPAD saat ini sangat membutuhkan kaos ganti, kacamata google, pakaian dalam dan uang untuk bekal sekedarnya. Selama kegiatan ini mereka menggunakan murni uang pribadi dan perhimpunan untuk mengikuti panggilan tugas kemanusiaan tersebut, sedangkan baik dari kampus maupun BEM Fapet UNPAD belum ada kabar untuk mengirim perbekalan yang dibutuhkan.
Foto: dokpri Ine Atmosfer
Sumber: arsip pulangkandang.com
No comments:
Post a Comment