• FYI

    "Ekspedisi Hah-heh-hoh" Gunung Pancar, 5 November 2016


    Pagi ini suatu hari di reuni UKL 8 Oktober 2016 lalu kami telah berjanji...
    berjanji untuk bertemu lagi
    pada sebuah ekspedisi mini
    pendakian gunung pencarian jati diri kami kembali...
    UKL memang tetap ada dan membara hati
    Kalimat-kalimat tadi adalah pembuka cerita bagaimana ekspedisi untuk mencoba kembali kenangan akan naik gunung  membara di hati beberapa teman teman Anggota Luar Biasa UKL Fapet Unpad. Pertemuan reuni 8 Oktober 2016 rasanya masih membawa aura jiwa muda pada kami yang rata-rata berusia paruh 35 hingga 45-an kini.


    Ya kami, kami yang dulu masuk fakultas peternakan di era tahun 1990-an sampai 2000-an dan kemudian masuk ke unit pecinta alam, UKL (Unit Kenal Lingkungan), ternyata memendam rasa rindu yang hebat untuk berkumpul dan merasakan kembali aura indahnya naik gunung.
    Bersepakatlah kami untuk naik dan mendaki sebuah gunung kecil di bilangan Sentul Selatan, Bogor, Gunung Pancar namanya, di 5 November 2016.
    Gunung Pancar adalah sebuah gunung yang terletak di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Pancar terletak pada ketinggian 300–800 m dpl dengan topografi landai sampai bergelombang terjal dengan kemiringan sekitar 15-40%. Bagian tertinggi yaitu pada puncak Gunung Pancar 800 m dpl dan terdapat beberapa makam lama di atasnya.
    Tim ekspedisi kali ini beranggotakan :
    1. Hernawati - 1990
    2. Henny Harjani - 1990
    3. Adri Priyambodo - 1992
    4. Deny Irawan - 1993
    5. Suheni Inoy WS - 1994
    6. Bambang P Laksono - 1994
    7. Alifan Burhanudin - 2000
    8. Aryo Baskoro W - 2003
    Ditambah Tim Support (pendukung): Eliyah - 'Mpok Eli' (1993), Richard A. Rohy - photografer (2004), berikut dengan akang euceu pasangan/suami/istri dari kami (ie. suami Mpok Eli, Teh Gina Fapet 2000 istri kang Alifan) dan beberapa buah hati, anak anak kami, pagi itu bersepakat untuk bertemu di titik kumpul, mesjid Al-Munawaroh, Sentul Selatan. Saling tunggu kami di lapangan parkir itu mulai jam 06.30 pagi itu, di pagi yang cerah sekali.
    Singkat kata, tim telah lengkap berkumpul, dan bersiap kami naik Gunung Pancar. Dimulai dengan ritual doa yg dipimpin oleh Teh Erna, senior kami, kini seorang  doktor dan dosen di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung, dulu dikenal sebagai IKIP Bandung.
    Setelah doa, segera bergerak kami..., tanjakan pertama adalah tanjakan sebuah jalan yang beraspal, masih dapat kami lalui dengan senyum dan tawa ceria. Lepas itu, jalur penanjakan berbelok ke sebuah jalan setapak di riung hutan dan pohon pinus yang indah. Jalur ini pun masih dapat kami lalui dengan senyum dan derai tawa ceria kami dan anak-anak kecil kami.
    Lepas kawasan hutan pinus yang rindang, muncullah... kaki Gunung Pancar, dengan pemandangan batu batu menhir besar di sekitar jalan setapak tanah berbatu menanjak dan dengan sudut kemiringan 20 - 40 derajat. Sungguh pemandangan yang menggetarkan dan menguji mental kami. Sanggupkah kami melawan diri kami sendiri? Ini yang mungkin disebut melawan mental block... melawan hati sendiri.
    Dengan saling memandang, dan saling menguatkan, kami mulai melangkahkan kaki, mendaki serta menanjak pada jalan setapak berbatu pagi itu. Dan benar saja... nafas kami langsung diuji, debaran jantung ini seakan dapat saling terdengar oleh masing masing kami. Tarikan nafas yang di Bandung akrab kami sebut "hah-heh-hoh" , kini terdengar kembali... "hahhhh... hehhh... hohhh".
    Maklum usia kami tak muda lagi, dan ukuran badan serat berat badan pun tak ideal lagi untuk kegiatan alam ini. Tapi karena telah ada janji, kami tetap tekadkan untuk daki dan capai puncak Gunung Pancar kali ini.
    Seperti slogan "sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang" , itulah kami pagi itu... hehehe.
    Benar saja, tiba di pos 1 (pos nasi kuning/nasi uduk), di ketinggian 300 m dpl, bertumbangan beberapa dari kami disana. Beberapa logistik makanan dan minuman, serta jeruk harus kami keluarkan agar menjadi penyemangat untuk terus lanjut mendaki. Tak kurang kami habiskan waktu 30 menitan di pos itu untuk refresh tenaga kami.
    Dan aba-aba untuk mulai kembali pun, dikeluarkan oleh Teh Erna, yang mungkin juga sudah tak nyaman berlama-lama di pos itu, setelah hampir jatuh ngajuprak setelah duduk di pinggiran kursi bambu rapuh di pos itu.,, hehehe.., untung ada teh Inoy yg sigap memegang teh Erna untuk tidak jatuh lebih lanjut. Berangkat kami lagi, dengan satu perjanjian, kang Deny Irawan (93) yang bawa baby nya, tetap tinggal di pos 1 itu,, karena anaknya mulai resah dan nafas Deny pun sepertinya perlu rehat yang lebih lama lagi.
    Menuju pos 2 (makam pertama), di ketinggian 600 meteran dpl. Di Rute ini lah,,, beberapa kali rehat kami ambil., karena sudut kemiringan tanjakan adalah 40 an derajat.,, menguras energi dan tenaga kami dan jelas tarikan nafas hah heh hoh makin keras terdengar.
    Kalimat sakti makin sering terdengar, "Sok mangga tipayun.,, ayo silakan duluan"..,, wkwjwk, Teh Henny mempersilakan teh Erna duluan, saya (Adri) pun jujur meminta Aryo sang yunior kasep dony ada band..,, "gantian bawa carriernya ya Yo,, ga kuat saya"..,, kebetulan Aryo bawa carrier yg lebih kecil dan ringan..,, hahaha
    Bukan apa-apa, carrier saya berisi banyak logistik, jeruk medan 2 kilo, buah naga ungu 3 kilo, kerupuk, nasi uduk berapa bungkus... Aryo sengaja tak saya beri tahu bahwa saya bawa logistik logistik itu.., wkwjwk
    Aryo cuma bilang singkat, "ranselnya berat juga ya Kang....." Saya senyum simpul aja.
    Sampai juga kami di pos 2, rehat kembali., dengan membuka logistik.,, khususnya buah naga.,,  buah ajaib yg membangkitkan energi tubuh. Rehat lebih pendek hanya 15 menit, dan kemudian aba aba jalan kembali menuju pos 3 pos final di titik puncak 800 meter dpl., di makam puncak gn Pancar. Rute yang relatif memutar dan lebih landai kemiringan. Anak Anak kami, calon penerus UKL nanti, memimpin perjalanan di rute kali ini. 
    Tentu saja yang menjadi sibuk bergerak dan mengawasi adalah pasangan kang Alifan (Ipang) dan teh Gina..karena dua anak jagoan lakinya bergerak lincah di rute ini. Tak terasa, dalam waktu relatif lebih singkat, kami sampai juga di puncak gn Pancar. Senyum hangat dan puji syukur tampak cerah di wajah wajah kami semua.
    Dan satu yang disangka, ternyata kang Deny menyusul dan baby nya, naik ke atas puncak.,, kata Deny : "Ah kagok..,udah jauh jauh ke Pancar ga ke puncak.,, sayang..,, bawa anak gendong di depan, saya anggap bawa carrier di depan aja". Salut untuk kang Deny! Luar biasa
    Telah lupa kami tadi betapa hah heh hoh  kami saat menanjak, khususnya di rute ke 2.. hehehe.,termasuk kang Bambang Ibenk yg badannya kini body buildingan., bener nih sudah bisa menunjukkan ke putranya Bambang Jr, nih ayah gagah kan, puncak gn Pancar.., kecillll.,,,,hehehehe
    Turun kami, dan di basecamp bawah, telah menunggu team support, mpok Eli 93 dan bang Richard 04, diajaklah team semua ke resto sate kambing kiloan yg indah bersahaja di Sentul Selataj ini.
    Penutup dari kisah, saya teringat celetukan dari teh Henny saat kami tiba di puncak gn Pancar.... *Kita sudah mirip team pendaki Gn. Daya UKL di 1988 ya.,, cuma bedanya., kita mendaki gn Pancar ini dengan segala gala daya dan hah heh hoh!".,, hahaha..
    Salam UKL
    Jakarta, 6 Nov 2016
    mewakili team ekspedisi Gunung Pancar 2016
    Adri P (UKL-X-HG-181)
    *ap/yzk

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita