• FYI

    Nasib Baik Pendaki Kriwil


    Sejatinya, ES dan AP boleh dibilang cukup erat menjalin kebersamaan semasa kuliah dulu. Saking akrabnya, keduanya sering terlibat dalam kegiatan pergadangan di basecamp angkatan. Selain itu, kenang ES, mereka juga kadang mengadakan perjalanan malam ke kota Bandung untuk sekedar menggoda bencong atau entah apa lainnya. Boleh dikatakan sudah ada chemistry yang kuat di antara keduanya, hingga mampu berkolaborasi dalam kegiatan seperti itu.

    Aktivitas lain yang kemudian menjadi pengikat keduanya, walaupun tanpa akad resmi disaksikan para saksi, adalah naik gunung bersama-sama. Maklum pula keduanya anak UKL. Tak terhitung berapa banyak puncak gunung yang berhasil didaki dengan sukses oleh keduanya, karena memang tidak ada niat untuk menghitung-hitungnya.

    Kebahagiaan tak selalu hadir di setiap saat. Kadang awan mendung datang menghampiri dan menyelimuti kehidupan. Untung tak dapat diraih, Malang ada di Jawa Timur. Suatu saat AP jatuh sakit cukup serius (ada desas-desus komplikasi usus dan kulit).

    Kondisi tubuh AP yang drop memaksa orang tuanya memasukkan mahasiswa periang, baik hati dan tidak sombong itu dalam keadaan kuyu ke rumah sakit.

    Tak pelak, yang paling heboh dengan keadaan ini tentu saja Sang Ibunda. AP tak bisa mengelak lagi dari protes ibunya yang cukup pedas.

    "Siapa temanmu yang ajak naik gunung itu, yang rambutnya kriwil kriting itu? Kamu itu ya, bukannya cepat penelitian, skripsi!" ujar ibunda AP, antara kuatir dan gusar.

    Siapa nyana, mahasiswa fapet yang berpenampilan kriwil ternyata hadir di rumah sakit dengan wajah polosnya. Hatinya yang mulia hendak menjenguk sahabatnya. Ya, bezoek dengan hati seputih salju berkilau cahaya.

    Tiba-tiba saja ia kena semprot Ibunda AP, maklum beliau sedang galau karena anak tercintanya terbaring lemah, lesu dan kurang semangat.

    "Kamu ya, yang ajak Doni (sebut saja demikian, bukan nama samaran) naik gunung terus? Lihat, sekarang sakit dia! Bukannya cepat urus skripsi!" sambutan beruntun menghujani Si Rambut Kriwil.

    Yang dimarahi cukup shock. Ia terbengong-bengong tiada berdaya. Sejatinya ia bernama Bambang, bukan ES, oknum teman yang diincar Ibunda. Sementara itu, ES boleh menarik napas lega karena lolos dari suasana yang menegangkan itu.

    Naik gunung memang mengasyikkan, tetapi mengandung pula resiko yang mengerikan. Waspadalah!

    (story:AP/Dony, ed:yzk)

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita