• FYI

    Sekilas tentang Panjat Tebing


    Panjat Tebing


    Panjat tebing atau yang biasa disebut rock climbing adalah menaiki atau memanjat tebing dengan memanfaatkan kecacatan tebing berupa celah atau benjolan yang dapat digunakan sebagai pijakan atau pegangan dalam suatu pemanjatan untuk menambah ketinggian yang biasanya menggunakan peralatan keselamatan sebagai alat pendukung. Ada beberapa jenis pemanjatan dalam panjat tebing, salah satunya yaitu sport climbing.

    Sport Climbing adalah pemanjatan yang jalurnya sudah menggunakan pengaman permanen berupa hanger/bolt. Sport Climbing cukup populer dan biasanya digunakan untuk mengasah skill dalam pemanjatan tebing serta di media lain seperti papan panjat. Jarak pengaman pada jalur sport idealnya berkisar antara 1 meter, 1,5 meter, bahkan 2 meter tergantung pada grade atau tingkat kesulitan pemanjatan serta posisi pemanjat.

    Dalam pembuatan jalur sport biasanya grade atau tingkat kesulitan yang digunakan adalah grade 5. Dimulai dari 5.0, hingga 5.15. Semakin tinggi angka di belakang desimal, semakin tinggi kesulitannya pula. Adapula huruf yang ditambahkan di belakang angka, seperti 5.14a, atau 5.14b. Penambahan huruf dilakukan karena banyaknya variasi jalur pemanjatan. Kesulitan pemanjatannya guna menunjukan tingkat kesulitan secara teknik, pengurasan energi pemanjat, dan tingkat kesulitan safety pemanjat.

    Pembuatan dan Peremajaan Jalur


    Secara umum, terdapat 2 teknik yang populer dalam pembuatan jalur maupun peremajaan jalur yaitu pembuatan jalur secara tradisional dan modern. Bolting atau rebolting secara tradisional dilakukan dengan memanjat di lintasan yang baru tanpa pernah dipanjat sebelumnya. Sedangkan secara modern yaitu dengan beberapa cara, yaitu:

    1. Bolting atau rebolting jalur sport dengan cara aid climbing/artificial climbing
    Cara ini dilakukan dengan melakukan aid/artificial climbing pada jalur yang diinginkan kemudian pada berapa titik yang telah ditentukan, gunakan pengaman sisip pada celah atau rekahan tebing lalu lakukan bolting atau rebolting.

    2. Bolting atau rebolting jalur sport dengan cara rapelling
    Cara ini dapat dilakukan dengan memasang tali transportasi terlebih dahulu tepat pada jalur yang diinginkan, kemudian lakukan rappelling dari atas tebing dan lakukan bolting atau rebolting pada titik-titik yang sudah ditentukan.

    3. Bolting atau rebolting jalur sport dengan cara ascending
    Cara ini dapat dilakukan dengan memasang tali transportasi terlebih dahulu tepat pada jalur yang diinginkan, kemudian lakukan ascending dari bawah tebing dan lakukan bolting atau rebolting pada titik-titik yang sudah ditentukan.

    Pembuatan Jalur Sport (Bolting)


    Pembuatan jalur sport biasanya dilakukan untuk menambah keberagaman jalur sebagai sarana latihan atau bahkan pengadaan jalur pada tebing yang belum ada jalur sport sama sekali. Pembuatan jalur sport tidak boleh dilakukan sembarangan karena terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jalur sport, yaitu:

    1. Kemampuan pembuat jalur, apakah pembuat jalur dapat memanjat jalur tersebut ataukah tidak.
    2. Mengupayakan mencari kondisi tebing yang aman, sehingga dapat memberikan keamanan bagi pembuat jalur dan pemanjat lain.
    3. Memperkirakan poros jalur, apakah pemanjatan akan bergerak lurus persis atau bisa jadi berkelok-kelok.
    4. Memperkirakan menggunakan pengaman apa saja dan alat apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan jalur.
    5. Pada saat pengeboran, memilih batuan yang terkeras, batuan yang keras akan bersuara nyaring ketika dipukul dengan hammer.
    6. Mencari permukaan yang rata dengan batuan, bolt yang terpasang tegak lurus dengan batuan.
    7. Kualitas hanger dan bolt dapat diketahui pada saat kegiatan mengunci hanger dan bolt tersebut. Kegiatan mengunci hanger dan bolt dilakukan dengan gerakan mengunci dari arah jam 12 ke arah jam 6. Apabila gerakan mengunci hanya diperlukan 6 kali hitungan maka kualitasnya baik, namun apabila gerakan yang diperlukan lebih dari 6 kali hitungan, maka kualitasnya kurang baik. Hal tersebut dapat terjadi karena ukuran lubang yang terlalu besar, terlalu kecil atau terlalu dalam.

    Peremajaan Jalur sport (Rebolting)


    Peremajaan jalur (rebolting) dilakukan ketika pengaman yang digunakan pada jalur sudah tidak layak, seperti:

    1. Hanger/bolt yang berkarat
    2. Batuan di sekitar pengaman dialiri air
    3. Hanger tipis akibat korosi. Hal ini dapat disebabkan oleh angin dengan kandungan garam yang tinggi karena tebing berada di sekitar laut ataupun kadar abu yang tinggi karena tebing berada disekitar gunung berapi.
    4. Hanger dan bolt sudah longgar
    5. Terjadi keretakan pada media batuan di sekitar pengaman.

    Hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu ketika akan melakukan peremajaan jalur harus mengedapankan etika dengan izin terlebih dahulu kepada pembuat jalur terdahulunya karena secara tidak langsung akan mengubah keaslian jalur dan kemungkinan grade jalur tersebut akan berubah. Bisa secara tertulis dengan surat maupun hanya dengan lisan. Sebuah jalur yang memiliki jumlah hanger bolt 5 buah maka harus tetap 5 buah sesuai dengan kode etiknya. Pembuatan jalur juga harus memberi keamanan bagi pemanjat lain.

    Vertical rescue


    Vertical rescue adalah spesifikasi khusus dalam proses evakuasi di medan terjal. Tujuan dari vertical rescue tersebut adalah untuk memindahkan objek ke tempat yang lebih aman. Terdapat beberapa alat yang menunjang pergerakan rescue, yaitu:

    1. Tripod, yaitu tiang logam berkaki tiga yang biasanya digunakan untuk mengangkat sistem untuk mengurangi friksi tali juga digunakan untuk mengevakuasi korban/objek.
    2. Stretcher, merupakan alat sejenis tandu. Ada juga yang menyebutnya sebagai basket rescue.
    3. Quick release, yang digunakan untuk melepaskan bebas ketika terbebani.
    4. Swivel, alat yang berfungsi untuk mengurangi putaran akibat lilitan tali.
    5. Pulley single/tandem, merupakan alat katrol
    6. Dan alat pendukung lainnya seperti ascender, carabiner, harness, dan sebagainya.

    Pengaman/anchor pada beberapa media

    1. Anchoring pada media lunak (salju, pasir, lumpur, dan lainnya)
    a. Deadman/deadboy, merupakan pengaman yang ditanam dengan ke dalaman minimal 70 cm mengikuti bentuk deadman/deadboy yang akan ditanam. Deadman/deadboy dapat digunakan di media tanah ketika tidak ada benda yang dapat digunakan sebagai penambat pengaman.
    b. Bollard, merupakan pengaman yang digunakan pada media lunak seperti salju dengan cara menanamkan tali secara melingkar.

    2. Anchoring dalam media keras (rock bolt, tembok, pohon, dan lainnya). Drill (bor), digunakan untuk melubangi permukaan yang keras agar bisa dipasangi bolt, ada 2 macam drill yaitu hand drill yang menggunakan baterai dan rocpec.

    Dalam vertical rescue terdapat 3 teknik penjangkauan objek, yaitu :

    1. Leading, menjangkau korban/objek dari bawah keatas dengan cara memasang pengaman lintasan pada jarak tertentu. Pada teknik leading bisa terjadi dalam beberapa medan yaitu medan kering, medan basah dan medan es/salju, serta pada bangunan bertigkat.
    2. Traversing, menjangkau korban/objek secara menyamping dengan memasang pengaman pada jarak tertentu.
    3. Abseiling, menjangkau korban/objek dengan cara turun ke titik tinggi ke titik yang lebih rendah dengan menggunakan tali.

    Setelah objek dapat dijangkau, maka dilakukanlah evakuasi. Dalam vertical rescue terdapat beberapa teknik evakuasi objek/korban, yaitu:

    1. Hauling, evakuasi dengan cara menaikan korban/objek keatas atau ketitik yang lebih tinggi. Terdapat 3 sistem dalam teknik hauling, yaitu :
    a. A-system

    b. Z-system

    c. M-system


    2. Lowering, evakuasi dengan cara menurunkan objek/korban ketempat yang lebih rendah

    3. Suspension, evakuasi dengan cara menyeberangkan objek/korban baik ke tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi objek/korban.


    Penyusun: Wina dkk
    Editor: M. Ulis

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita