• FYI

    Kembali Lagi Setelah 26 Tahun, Emir Pilih Gunakan Teknik RLC untuk Sampai di Puncak Ciremai


    Naik gunung merupakan salah satu aktivitas di alam bebas yang menjadi hobi bagi banyak orang, khususnya kaum muda yang masih sangat haus tantangan, ingin menguji diri, dan tentunya memperluas pengalaman. Hiking bahkan konon dapat membuat ‘kecanduan’ dan akan tetap dilakukan meski dengan berbagai tantangan dan perjuangan.

    Apakah aktivitas hiking hanya cocok untuk anggota aktif atau mereka yang berusia muda? Nyatanya, banyak senior pegiat aktivitas di alam bebas yang telah membuktikan, bahwa naik gunung atau kegiatan di alam bebas lainnya tetap dapat dilakukan pada usia berapapun, tentunya dengan memperhatikan kemampuan fisik, mental, dan logistik, dengan sebaik-baiknya. Tak hanya cukup berbekal semangat, keamanan dan keselamatan tetap menjadi acuan utama.

    Hari Sabtu, 5 Juni 2021, Edi Emir melakukan lagi kunjungan ke puncak Gunung Ciremai, salah satu gunung yang pernah disambanginya pada saat masih menjadi anggota aktif UKL Fapet Unpad. Perjalanan alumni Fapet Unpad angkatan 92 ini dimulai pada pukul 8.30 pagi, dan berhasil mencapai puncak berketinggian 3.078 mdpl tersebut pada pukul 12.30 siang, sebelum akhirnya turun kembali dan sampai di basecamp pada pukul 16.00 sore harinya.


    “Ini tektok, lewat jalur Apuy Majalengka,” tuturnya saat berbincang dengan Teras UKL.

    Ia mengaku tidak memiliki persiapan khusus dalam menghadapi pendakian tersebut. Anggota UKL Fapet Unpad dari angkatan diklatsar kesembilan ini bahkan mengaku kurang tidur pada malam sebelumnya.

    “Tidak ada persiapan khusus, yang ada malah begadang malam sebelumnya, hanya tidur dua jam,” ungkapnya.

    Ia mengaku baru mulai lagi mendaki gunung pada tahun 2021, setelah sekian lama absen. Selama pendakian Gunung Ciremai ini ia ditemani oleh Ucok, sesama anggota luar biasa UKL dan alumni Fapet Unpad berbeda angkatan.

    “Ucok masih garang di gunung mah, maklum masih muda,” pujinya.


    Ia memilih jalur Apuy dengan pertimbangan lebih bagus kondisinya dan ‘tidak memerlukan bantuan rapia’ demikian diistilahkannya, merujuk pada kemungkinan salah jalur atau tersesat.

    “Untuk naik ke puncak, tahu sendiri lah, demikian kondisinya. Jalur Apuy sendiri ada 5 pos, kalau tidak salah. Sesudah pos 5, langsung trek batu dan jalur air. Nah, di situ mulai terasa ripuh,” tutur Emir.


    Meski pendakiannya ini dapat dikatakan sebagai trail run, ia memilih istilah lain untuk menggambarkan perjalanannya. Gerak lari sendiri, menurutnya, lebih banyak dilakukan pada saat turun dari puncak.

    Alokasi waktu 4 jam untuk pendakian ke puncak, tutur Emir, “sudah termasuk untuk nyesep dan shooting.” Teknik pendakian yang digunakan adalah LLC (leumpang, lumpat, jeung cingogo) atau bisa juga disebut RLC (run, leumpang, dan cingogo).


    Pendakian ke Gunung Ciremai pernah dilakukan Emir bersama 7 anggota muda UKL Fapet Unpad lainnya pada tahun 1995, atau sekitar 26 tahun silam. Tak pelak, pendakian kali ini membawa kesan tersendiri baginya, sebuah come back yang indah.

    Namun, di luar kesan secara personal yang didapatkannya, pendakian Emir dan Ucok, dalam format yang berbeda, menunjukkan bahwa aktivitas hiking dan trekking masih tetap dapat dilanjutkan dalam usia berapapun, selama daya dukung memungkinkan. Emir dan Ucok sendiri termasuk ALB UKL yang rajin menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga rutin.

    Di sisi lain, kedekatan anggota lintas angkatan menunjukkan bahwa UKL mampu menjadi ikatan yang membawa banyak manfaat dan saling menguatkan.

    Kontributor: @emirhaizans
    Editor: @yoezka_

    No comments:

    Post a Comment

    Diklatsar

    Inspirasi

    Antara Kita